Pada artikel kali ini saya akan menulis tentang permasalahan bajir di Jakarta. Seperti yang kita ketahui bahwa masalah banjir di kota Jakarta sudah merupkan masalah yang baru bagi warga kota Jakarta. Karena hampir setiap musim hujan selalu ada saja daerah yang tergenang oleh banjir. Sudah beberapa kali pergantian gubernur di kota Jakarta namun masih belum ada satupun gubernur yang berhasil menangani permasalahan banjir ini. Kalaupun berhasil itu tidak sampai 100% berhasil. Sudah banyak sebetulnya program yang dilakukan oleh PEMPROV DKI untuk menangani masalah banjir di Jakarta salah satunya yaitu proyek pembangunan banjir kanal. Menurut saya dengan membangun kanal seperti itu seharusnya banjir sudah bias teratasi. Namun ini semua kembali lagi kepada kita warganya yang harus bias menjaga lingkungan sendiri. Karena banjir besar yang melanda Jakarta ini sebenarnya bukan semata-mata kesalahan pemerintah dan factor alam. Tetapi factor warga masyarakatnya lah yang masih belum sadar untuk tidak membuang sampah di kali atau sungai. Kanal yang baru saja dibangun itupun sudah mulai dipenuhi oleh sampah-sampah warga yang sering bermain atau berlalulalang disekitar situ. Jadi menurut saya untuk menangani masalah banjir di Jakarta ini tidal bias hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi peran warganya juga sangat diperlukan untuk membantu proses menangani masalah banjir di Jakarta.
Penyebab:
Curah hujan
Hingga pertengahan Januari 2013, Jakarta tercatat mencapai rekor curah hujan hingga 250-300mm, melebihi kondisi Banjir Jakarta 2002 yang mencapai 200mm, namun masih di bawah kondisi Banjir Jakarta 2007 yang mencapai 340mm.
Kepala BPPT, Tri Handoko Seto, menyatakan bahwa gelombang atmosfer, angin muson, dan osilasi diurnal menyebabkan tingginya curah hujan ini. Massa udara dari laut China selatan dan India bergerak ke selatan menuju pusat tekanan rendah di Australia. Massa udara ini kemudian mengalami pembelokan di sekitar Jakarta, akibat tekanan rendah di Samudera Indonesia, di sebelah barat daya Jakarta.
Masalah drainase
Tingginya curah hujan di kawasan bisnis MH Thamrin membuat jalanan tergenang pada tanggal 22 Desember, mulai dari Sarinah, Sabang hingga Monumen Nasional. . Kepala Dinas PU DKI Jakarta, Ery Basworo, menyatakan tingginya curah hujan sebagai penyebab buruknya genangan dan menyangkal adanya masalah drainase dan sampah. Buruknya genangan disebabkan pompa yang telah disediakan tidak mampu mengimbangi tingginya aliran air yang hendak dipindahkan ke Kanal Banjir Barat.
Namun pendapat ini dibantah oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Menteri Djoko Kirmanto, yang menegaskan masalah sampah yang menyumbat drainase dan menghalangi aliran air menuju pompa yang telah terpasang. Kementerian Pekerjaan Umum juga menjanjikan alokasi dana hingga 18 Triliun rupiah untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta.
Hal ini diperkuat lagi oleh fakta bahwa gorong-gorong di sekitar wilayah tersebut yang ternyata hanya berukuran 60 sentimeter, dan belum pernah dibangun lagi semenjak tahun 1970an. Inisiatif Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk memeriksa drainase di Jalan MH Thamrin, membuat hal tersebut terungkap kepada publik dan akhirnya memunculkan ide untuk membangun Smart Tunnel untuk membantu mempercepat mengalirnya air ke laut.
Kerusakan tanggul
Sejak akhir tahun, telah terjadi beberapa kerusakan tanggul, dimulai dari tanggul di Kali Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, pada tanggal 13 Desember 2012. Kerusakan tanggul ini menyebabkan 500 rumah warga terendam air laut, serta dua warga hanyut. Akhirnya ratusan gubuk liar dibongkar untuk mempermudah masuknya alat berat guna memperbaiki tanggul. Lurah Pluit menjelaskan hempasan air laut pasang yang menggerus tanggul yang menyebabkan kerusakan ini.
Musibah kembali menyusul pada tanggal 20 Desember 2012, dengan jebolnya tanggul di Kali Cipinang. Akibatnya 979 warga terpaksa mengungsi ke GOR Makassar serta Jalan Pusdiklat Depnaker dan Jalan Masjid Suprapto tergenang, menutupi akses warga Pinang Ranti menuju Halim. Diketahui buruknya konstruksi tanggul yang tidak menggunakan rangka menyebabkan rusaknya tanggul ini.
Tanggul Kali Laya, Pekayon, Jakarta Timur, menyusul pada tanggal 24 Desember 2012, sehingga air merendam pemukiman sekitarnya. Dinding sungai yang mengalami kerusakan memiliki tinggi dua meter.
Pada Tanggal 15 Januari 2013, menyusul tanggul di Kedoya Selatan, Kebun Jeruk, jebol dan menyebabkan banjir setinggi dua meter. Tanggul ini juga tercatat memiliki konstruksi buruk karena hanya dibuat dari karung pasir, sehingga tidak kuat menahan air Kali Pesanggrahan. Warga diungsikan ke bagian timur rel Pesing, namun kebanyakan bertahan di rumah masing-masing
Pada tanggal 17 Januari 2013, tanggul Kanal Banjir Barat, di daerah Latuharhari juga jebol dan menyebabkan terendamnya kawasan perumahan mewah di Menteng dan berbagai kawasan bisnis di pusat kota. Perbaikan segera dilakukan namun terhambat arus lalu lintas.
Daerah rawan
banjir adalah daerah di sekitar bantaran kali, daerah pinggir pantai, dan
daerah pemukiman padat dengan saluran air yang buruk. Wilayah rawan banjir
antara lain Cempaka Putih (Jakarta Pusat), Muara Angke (Jakarta Utara),
Cengkareng (Jakarta Barat), Kalibata (Jakarta Selatan), Kampung Melayu (Jakarta
Timur), dan Cipinang Muara (Jakarta Timur)
Penanggulangan
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi selama banjir, antara lain dengan memperbaiki tanggul, pendirian posko bantuan di titik-titik yang terkena banjir, relokasi pengungsi ke rumah susun, hingga pengumuman status darurat banjir.
Relokasi pengungsi Waduk Pluit
Pada tanggal 18 Januari, menyusul jebolnya tanggul latuharhari, daerah Pluit ikut terendam. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian menawarkan relokasi kepada penghuni rumah liar di sekitar Waduk Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas sangat lengkap, dengan alasan mengurangi dampak banjir di masa depan dan memungkinkan peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk.
Modifikasi cuaca
Setelah adanya permintaan dari DKI Jakarta, mulai tanggal 26 Januari hingga 25 Maret 2013, BPPT dan BNPB melakukan upaya modifikasi cuaca, dengan cara mencegah pembentukan awan dan menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir. Untuk kerjasama ini, BNPB mengeluarkan biaya hingga Rp 13 Miliar. Proyek serupa pernah sukses dijalankan di SEA Games Palembang dan PON 18 Riau.
Pengendalian cuaca dilakukan dengan mengerahkan 1 Hercules C-130 dan 3 peswat CASA 212-200 untuk mempercepat awan menjadi hujan. Sedangkan untuk menghambat pertumbuhan awan dipasang 25 titik GBG (Ground Based Generator) yang membakar flare berisi bahan higroskopis (NaCl). Proyek ini juga didukung 3 radar hujan dan 6 stasiun pos meteorologi.
Keadaan darurat banjir
Pada tanggal 17 Januari 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengumumkan status darurat banjir untuk Jakarta setelah jatuhnya 5 korban jiwa dan 15.447 warga terpaksa mengungsi. Pada saat itu, BNPB mencatat banjir telah menggenangi 500 RT, 203 RW di 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan.
Contoh Gambar:

Akibat banjir:
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi selama banjir, antara lain dengan memperbaiki tanggul, pendirian posko bantuan di titik-titik yang terkena banjir, relokasi pengungsi ke rumah susun, hingga pengumuman status darurat banjir.
Relokasi pengungsi Waduk Pluit
Pada tanggal 18 Januari, menyusul jebolnya tanggul latuharhari, daerah Pluit ikut terendam. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian menawarkan relokasi kepada penghuni rumah liar di sekitar Waduk Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas sangat lengkap, dengan alasan mengurangi dampak banjir di masa depan dan memungkinkan peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk.
Modifikasi cuaca
Setelah adanya permintaan dari DKI Jakarta, mulai tanggal 26 Januari hingga 25 Maret 2013, BPPT dan BNPB melakukan upaya modifikasi cuaca, dengan cara mencegah pembentukan awan dan menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir. Untuk kerjasama ini, BNPB mengeluarkan biaya hingga Rp 13 Miliar. Proyek serupa pernah sukses dijalankan di SEA Games Palembang dan PON 18 Riau.
Pengendalian cuaca dilakukan dengan mengerahkan 1 Hercules C-130 dan 3 peswat CASA 212-200 untuk mempercepat awan menjadi hujan. Sedangkan untuk menghambat pertumbuhan awan dipasang 25 titik GBG (Ground Based Generator) yang membakar flare berisi bahan higroskopis (NaCl). Proyek ini juga didukung 3 radar hujan dan 6 stasiun pos meteorologi.
Keadaan darurat banjir
Pada tanggal 17 Januari 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengumumkan status darurat banjir untuk Jakarta setelah jatuhnya 5 korban jiwa dan 15.447 warga terpaksa mengungsi. Pada saat itu, BNPB mencatat banjir telah menggenangi 500 RT, 203 RW di 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan.
Contoh Gambar:

Akibat banjir:
- 1.
Kematian
- 2.
Kerusakan terhadap sarana dan prasarana umum
- 3.
Kerugian materi
- 4. Berjangkitnya penyakit menular
- 5. Arus transportasi dan kegiatan perekonomian terhambat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar